30 Tahun Jadi Perajin Tikar, Warga Desa Kuala Pasarkan Hasil Kerajinannya Hingga ke Malaysia

Perajin Tikar
Darlina Perajin Tikar di Desa Kuala Kecamatan Selakau

Kabar Lokal – Darlina, seorang ibu rumah tangga yang merupakan warga Desa Kuala, Kecamatan Selakau, sudah menekuni kerajinan menganyam tikar kurang lebih selama 30 tahun.

Darlina mengatakan keahliannya ini merupakan warisan turun-temurun dari orang tuanya yang juga seorang pengrajin tikar. Ia juga munurunkan keahliannya tersebut kepada anaknya.

“Saya bisa membuat tikar ini karena ini merupakan tradisi turun-temukan dari orang tua saya,” kata Darlina, Senin (26/5/2025).

Darlina menjelaskan tikar hasil anyaman memiliki beragam motif dan dihiasi beragam warna, namun yang paling diminati adalah motif serong dan petak-petak.

Menurut Darlina proses pembuatan tikar ini jika dikerjakan dengan tiga orang maka akan selesai dalam satu hari. Sebaliknya jika dikerjakan oleh satu orang makan akan selesai dalam waktu tiga hari.

“Tikar ini jika dibuat oleh satu orang bisa selesai dalam waktu satu hari dan biasa selesai dalam waktu dua hari pertikar, karena kami hanya dua orang,” jelas Darlina.

Lebih jauh Darlina mengungkapkan kendala dalam proses pembuatan tikar tersebut yakni kurangnya bahan baku yang diakibatkan alam yang sudah rusak.

Tak jarang dirinya juga harus membeli bahan baku yakni berupa tanaman jenis pandan berduri yang kerap disebut pudak. Adapun harga bahan bakunya yakni Rp.40.000 perikat.

“Alam sudah banyak berubah, banyak pohon yang ditebang dan rusak, jadi bahan makin susah dicari,” ungkap Darlina.

Adapun pemasaran tikar dari hasil kerajinan Darlina ini dihargai dengan Rp.140.000 perlembar untuk ukuran kecil, sedangkan ukuran besar mencapai Rp.220.000 pertikar.

Hingga kini pemasaran tikar hasil anyaman Darlina kerap dijual ke Malaysia melalui penampung. Sementara penjualan lokal ia juga sering menjual ke Kota Pontianak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *